19 Des 2010

Kisah Rasulullah SAW menghadapi penghinaan #1

Kala itu Nabi menyaksikan apa yang terjadi pada jenazah Hamzah sahabatnya yang syahid dalam perang Uhud. Nabi marah. Bahkan sangat marah setelah melihat jasad sahabatnya itu dihinakan dengan cara dirusak terkoyak-koyak dan tidak utuh lagi. Mengapa? Sebab setelah seorang budak bernama Wahsyi berhasil membunuh Hamzah, Hindun setelah memakan sebagian jantung Hamzah, mengajak wanita-wanita kafir Quraisy lainnya, menyayat-nyayat hidung, telingan, dan bagian tubuh lainnya dari para syahid, dan mengenakannya sebagai hiasan.
Bahkan Abu Sufyan, dengan beringasnya menusukkan ujung tombaknya ke mulut jenazah Hamzah. Akibat tindakan para kafir itu, tubuh Hamzah maupun tubuh-tubuh jenazah para syuhada lainnya sulit dikenali lagi. Dalam kemarahannya Nabi pun berujar: “Selama hidupku, aku tidak pernah marah separah yang kurasakan kali ini, akan kurusak muka tiga puluh mayat kaum Quraisy!”.

Kemarahan Nabi ditanggapi Allah dengan firmannya: “Jika kalian ingin melakukan pembalasan, balaslah sesuai dengan yang mereka telah lakukan kepadamu, namun sesungguhnya memberikan maaf itu jauh lebih baik bagi orang-orang yang sabar” (Q.S. Nahl: 126). Sebab itu, kemudian Nabi tidak hanya membatalkan sumpah itu, tapi juga melarang keras setiap tindakan merusak mayat pada setiap peperangan. (Martin Lings-2007).
Penghinaan Itu Hak Allah Bagi kita, umat Islam, andai tindakan itu terjadi di depan mata, tentu akan membakar hati dan menggugah rasa marah. Umat Islam di seluruh dunia meyakini, darah orang-orang kafir yang bertindak semacam itu, menjadi halal untuk ditumpahkan. Umat Islam akan melihat peristiwa demikian sebagai terbukanya pintu jihad untuk meraih keridloan Allah. Sebagaimana umat-umat agama lain, tentu bakal bertindak sama tatkala kitab sucinya dihinakan semacam.
Tapi Allah Azza wa Jalla, telah mengetahui perihal penghinaan semacam itu, sebagaimana termuat dalam Q.S. Huud: 27: “Maka berkatalah pemimpin-pemimpin kafir dari kaumnya: “Kami tidak melihat kamu (Muhammad), melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.”
Kemudian, Allah menegaskan dalam Q.S. Ali Imran: 26:, katakanlah Muhammad (kepada orang kafir): “Allah memuliakan orang yang Allah kehendaki, dan Allah menghinakan orang yang Allah kehendaki. Di tangan Allahlah segala kebajikan. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Wallahu a’lam bishowab.


Tidak ada komentar: